Cerpen Santri ini bercerita, Hari itu, di sebuah pesantren yang tenang di pinggiran desa, hiduplah seorang santri bernama Ahmad. Ahmad adalah seorang pemuda yang tekun dan penuh semangat dalam mengejar ilmu agama. Setiap hari, dia menghadiri pelajaran, membaca Al-Quran, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Suatu sore, langit yang cerah tiba-tiba tergelap oleh mendung yang mengancam. Hujan mulai turun dengan derasnya, mengguyur pesantren itu. Para santri yang lain berhamburan mencari tempat berlindung, namun Ahmad tetap duduk di bawah pohon besar di halaman pesantren.
Seorang teman santri perempuan, Fatimah, melihat Ahmad dan merasa khawatir. Dia mendekatinya dan bertanya, “Ahmad, mengapa kamu tidak mencari tempat berlindung? Kita akan basah kuyup di sini!”
Ahmad tersenyum sambil menatap hujan yang semakin lebat. “Aku tidak apa-apa, Fatimah. Aku merasa ini adalah waktu yang tepat untuk berdoa.”
Baca juga: Contoh Cerpen Santri Tentang Hidup Baru di Pesantren
Fatimah merasa heran dan bertanya, “Doa? Di tengah hujan seperti ini?”
Ahmad menjawab, “Ya, Fatimah. Terkadang, ketika hujan turun, aku merasa dekat dengan Tuhan. Aku percaya doa-doa kita lebih diterima saat kita berada dalam kesederhanaan dan kerendahan hati. Jadi, aku berdoa agar pesantren ini dan kita semua mendapatkan berkah dari Allah.”
Fatimah terdiam sejenak, kemudian duduk di sebelah Ahmad dan bergabung dalam doanya. Mereka berdua duduk di bawah hujan yang turun dengan penuh keikhlasan, berharap agar pesantren mereka selalu menjadi tempat berkat dan kebaikan.
Hujan terus turun, tapi mereka merasa hangat dalam doa mereka. Setelah beberapa saat, hujan mereda, dan matahari mulai bersinar lagi. Ahmad dan Fatimah berdiri, tersenyum, dan kembali ke pesantren.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa ketulusan hati seseorang dalam berdoa bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Semoga kita semua dapat memahami makna keikhlasan dan kebaikan dalam hidup kita.