Cerpen Santri “Cinta di Bawah Cahaya Rindu”

oleh -
oleh
cerpen-santri-cinta-di-bawah-cahaya-rindu

Cerpen santri ini mengisahkan – di sebuah pondok pesantren yang teduh, terdapat seorang santri bernama Ali. Ia adalah pemuda yang rajin dalam menuntut ilmu agama, seorang yang tekun dalam menjalani rutinitas harian. Ali juga dikenal sebagai anak yang santun dan baik hati oleh teman-temannya.

Tapi di balik ketenangannya, ada satu hal yang hanya sedikit orang yang tahu. Ali diam-diam mencintai seorang santriwati bernama Fatimah. Fatimah adalah gadis cantik berambut panjang yang juga tekun dalam belajar agama. Mereka sering bertemu saat kegiatan-kegiatan keagamaan di pesantren.

Dalam malam yang cerah di bawah bintang-bintang, Ali duduk di pojokan asrama, memandangi bunga-bunga yang bermekaran. Dia merasa jantungnya berdegup kencang ketika melihat Fatimah berjalan di lorong depan asrama. Wajahnya yang lembut dan senyumnya yang manis membuat Ali terpesona.

Ali ingin mengungkapkan perasaannya kepada Fatimah, tapi ia selalu merasa ragu. Bagaimana jika Fatimah tidak merasakan hal yang sama? Bagaimana jika cintanya mengganggu kedamaian di pesantren?

Malam itu, Ali menulis surat panjang untuk Fatimah, mengungkapkan perasaan dan kekagumannya. Dia menyimpan surat itu dengan hati-hati, menantikan kesempatan yang tepat untuk memberikannya. Hari-hari berlalu, dan Ali semakin dekat dengan Fatimah. Mereka sering berbicara tentang ajaran agama, harapan, dan impian mereka.

Baca juga: Contoh Cerpen Singkat Bermakna ala Santri Milenial

Namun, Ali belum memiliki keberanian untuk memberikan surat itu. Hingga suatu hari, ketika matahari tenggelam di ufuk barat, Ali mendekati Fatimah di bawah pohon besar di halaman pesantren.

“Dia, aku punya sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ujar Ali dengan hati berdebar.

Fatimah tersenyum ramah, “Apa itu, Ali?”

Dengan berani, Ali menyerahkan surat yang telah lama disimpannya. Fatimah membaca surat tersebut dengan penuh perasaan. Air mata pun turun dari matanya.

“Dia, aku juga merasakan hal yang sama,” ucap Fatimah, lalu mencium Ali lembut di pipi.

Mereka berdua pun tersenyum bahagia, merasakan kebahagiaan cinta yang murni dan tulus. Cinta di pesantren, di bawah cahaya ilmu dan ketulusan, menjadi sebuah cerita indah dalam hidup mereka.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa cinta dapat tumbuh di mana pun, bahkan di tempat-tempat yang penuh dengan ketulusan dan keyakinan dalam agama. Ali dan Fatimah adalah bukti bahwa cinta yang tulus dapat mengatasi segala rintangan, bahkan dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai agama.

No More Posts Available.

No more pages to load.