Pengantar Khutbah Jumat Terbaru 2023
Manusia dapat hidup dengan tenang dan nyaman karena menerima berbagai kenikmatan dari Allah SWT. Dengan karunia tersebut, manusia dapat melakukan berbagai aktivitas dan rutinitas dengan baik. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi manusia selain untuk bersyukur atas kenikmatan yang diterima.
Seseorang yang bersyukur atas kenikmatan yang ada adalah seseorang yang berterima kasih pada dirinya sendiri. Karena jika seseorang ingkar dan kenikmatan tersebut dicabut satu per satu, pasti akan menyulitkan hidupnya.
Banyak contoh yang dapat dijadikan pelajaran tentang manusia yang kufur terhadap kenikmatan dan akhirnya mengalami kesengsaraan.
Naskah khutbah terbaru 2023 ini tolong bagikan sebagai sarana untuk saling mengingatkan pentingnya bersyukur dan menambah kebaikan.
Khutbah Awal
اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا
اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia,
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita teguhkan tekad untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, sebagai bentuk rasa syukur atas hidup yang dianugerahkan. Iman dan takwa yang kuat dapat membawa kita menuju hidup yang damai, makmur, dan sejahtera. Ingatlah bahwa kita sebagai khalifah di muka bumi, akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah di hari pengadilan. Takwa adalah bekal terbaik saat menghadap-Nya.
Hadirin Jamaah yang Mulia,
Nabi Sulaiman ‘Alaihisalam pernah dalam sebuah perjalanan jauh bersama tentara pengawalnya yang terdiri dari manusia dan jin. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan sekelompok semut yang sedang sibuk mengangkut makanan ke sarang mereka. Pemimpin kelompok itu berteriak kepada anggotanya:
يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya: Wahai sekalian semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya sedangkan mereka tidak menyadari. (QS. Al-Naml: 18).
Nabi Sulaiman, yang dianugerahi Allah dengan kemampuan mengerti bahasa binatang di antara kelebihan-kelebihannya, hanya tersenyum saat mendengar perkataan seekor semut. Ia segera memanjatkan doa:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku ilham agar tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku berbuat kebaikan yang Engkau ridhai masukkan aku dengan kasih-sayang-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih. (QS Al-Naml: 19).
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Sikap Nabi Sulaiman sungguh luar biasa. Dia adalah seorang yang memiliki kekuasaan yang besar dan harta kekayaan yang berlimpah, dikelilingi oleh pasukan besar manusia dan jin, memiliki kemampuan mengerti dan berbahasa bahasa binatang.
Namun, yang terpatri dalam hatinya dan terucap dari bibirnya adalah rasa syukur dan terima kasih atas anugerah yang dicurahkan Allah kepadanya.
Kebanyakan manusia sering lupa bersyukur saat mendapatkan kenikmatan, bahkan yang sedikit saja. Namun, Nabi Sulaiman berbeda, dia selalu bersyukur atas segala kenikmatan yang diterimanya dari Allah. Sikap inilah yang membuatnya layak ditunjuk sebagai nabi yang harus kita teladani.
Dalam Al-Qur’an, kitab suci ini dimulai dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang dengan ungkapan “Alhamdulillah Rabbil Alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam).
Syukur adalah hikmah yang diterima oleh Lukman al-Hakim, sebagaimana yang diartikan oleh para filosof sebagai pengetahuan sejati. Allah Subhanahu Wa Taala menceritakan hal ini dalam Al-Qur’an.
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya: Dia sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu ‘bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. (QS. Luqman: 12).
Syukur menjadi tingkah laku utama karena nikmat Allah yang begitu banyak dan terlimpah kepada kita. Rasanya tidak pantas jika kita masih meminta-minta kepada Allah, karena sudah banyak yang diberikan.
Kita terlalu banyak meminta tapi sedikit sekali bersyukur. Seharusnya kita banyak bersyukur tapi juga banyak meminta, karena Allah akan marah jika kita tidak meminta kepada-Nya.
Ini menunjukkan bahwa seberapa pun banyak kita meminta nikmat dari Allah, nikmat-nikmat tersebut tidak akan pernah habis. Allah sendiri menggambarkan dengan cara yang sangat indah betapa banyak nikmat yang dapat diberikan kepada seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
Artinya: Katakanlah wahai Muhammad, seandainya air laut dijadikan tinta untuk menghitung kalimah atau nikmat Tuhanku, maka habislah lautan itu sebelum nikmat-nikmat selesai dicatat, bahkan jika seandainya Allah mendatangkan lagi jumlah lautan yang sama. (QS Al-Kahf: 109).
Baca juga: Khutbah Jumat Bahasa Jawa Terbaru: Teladani Para Pahlawan, Isi kamardikan
Nikmat Allah sangat banyak, bahkan kehidupan saat ini merupakan salah satu dari nikmat-nikmat tersebut. Dengan diberikan kehidupan, kita diberi kesempatan oleh Allah untuk membuktikan diri sebagai orang yang pantas mendapatkan ridha-Nya dan masuk ke surga-Nya.
Ingatlah bahwa orang yang telah meninggal berharap diberikan kehidupan kembali agar diberikan kesempatan untuk beribadah dan beramal, karena setelah mati kesempatan untuk berbuat kebaikan hilang dan harapan hidup di akhirat dengan keadaan yang baik akan hilang.
Nikmat Allah begitu banyak, bahkan nafas dan detak jantung yang bekerja saat ini merupakan salah satu dari nikmat-nikmat tersebut. Bayangkanlah jika kita menderita sesak napas saja, sudah sangat menyakitkan, apalagi jika nafas ini dicabut oleh Allah.
Atau bayangkan jika detak jantung terlalu cepat atau terlalu lambat, sudah sangat menyakitkan, apalagi jika jantung tidak lagi bekerja memompa darah ke seluruh tubuh.
Ingatlah, karena itu selalu bersyukur. Wajar jika Rasulullah dan para ulama mengajarkan untuk memulai hari dengan ungkapan rasa syukur. Ini dilakukan melalui doa sederhana yang diajarkan oleh guru-guru agama sejak masih kecil.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya-lah tempat kembali.
Hadirin Rahimakumullah,
Syukur adalah pengakuan sungguh-sungguh bahwa semua rejeki dan anugerah yang menghadirkan perasaan nikmat dalam jiwa kita tidak didapat dengan usaha sendiri, melainkan hanya dari Allah Subhanahu Wa Taala.
Oleh karena itu, orang yang bersyukur akan menempatkan Allah sebagai sumber kenikmatan yang didapatnya. Kemudian, dia akan memanfaatkan semua pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, harta, dan segala kenikmatan lainnya untuk kebaikan.
Orang yang tidak bersyukur dijabarkan oleh ulama sebagai kufur ni’mah atau kafir, karena ingkar terhadap bahwa semua nikmat yang didapat dari Allah.
Itulah mengapa penting untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan, karena syukur adalah jalan untuk menghormati dan menghargai nikmat-nikmat yang diterima dari Allah.
Orang yang bersyukur akan selalu menempatkan Allah sebagai sumber kenikmatan yang didapatnya dan memanfaatkan semua nikmat tersebut untuk kebaikan. Ini akan menciptakan kehidupan yang baik, kemakmuran masyarakat, ketenteraman, stabilitas dan peradaban yang maju.
Jika kita bersyukur, kita menghormati dan menghargai nikmat-nikmat yang diterima dari Allah, dan ini akan menjadi jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Hadirin yang Mulia,
Sebutan kafir tidak hanya ditujukan pada orang yang tidak beragama atau tidak percaya pada Allah dan hari akhir, tetapi juga dapat diterapkan pada orang yang mengaku sebagai muslim tapi tidak bersyukur atas nikmat yang diterima dari Allah.
Ini menunjukkan bahwa rasa syukur merupakan bagian penting dari ketauhidan, karena melibatkan pengakuan akan kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu Wa Taala.
Bersyukur adalah cara untuk menghormati dan menghargai nikmat-nikmat yang diterima dari Allah dan menempatkan-Nya sebagai sumber kebaikan dalam hidup kita.
Rasa syukur juga merupakan unsur penting dalam ajaran akhlak dalam Islam, karena ia berkaitan dengan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang bersyukur. Orang yang bersyukur akan cenderung untuk menggunakan nikmat yang diterima dari Allah untuk kebaikan dan menghindari perbuatan buruk.
Hal ini akan mengarah pada kebaikan dan kenikmatan yang lebih banyak dalam hidup. Sebaliknya, jika nikmat yang diterima dari Allah digunakan untuk perbuatan buruk dan jahat, maka akan mengarah pada keburukan dan kejahatan yang lebih besar.
Mungkin maksud firman Allah:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: Jika engkau bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku maka akan Ku tambahkan nikmat-nikmat itu, tetapi jika engkau kufr (ingkar tidak mengakui bahwa itu semua dari-Ku) maka azab-Ku sangatlah pedih. (QS Ibrahim:7)
Hadirin yang Mulia,
Mari kita mulai menanamkan kebiasaan untuk selalu bersyukur kepada Allah. Dengan demikian, kita akan mampu menghormati dan menghargai nikmat yang diterima dari Allah serta menggunakannya untuk kebaikan.
Semoga kita semua dapat diterima oleh Allah sebagai hamba-hamba-Nya yang shalih, seperti doa yang diajarkan oleh Nabi Sulaiman Alaihissalam, Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ