Contoh Cerpen Singkat Bermakna ala Santri Milenial

oleh -
Contoh-cerpen-singkat-bermakna ala-santri-milenial
Gambar: ilustrasi ngaji Quran sorogan

Santri Milenial – Contoh cerpen singkat bermakna ala Santri Milenial, sengaja kami buat sesuai dengan tingkah laku seorang santi milenial di zaman sekarang yang sangat berbeda dengan prilaku santri milenial di zaman old dulu.

Dalam contoh cerpen singkat bermakna ala Santri Milenial ini, penulis beri judul sebagai berikut ini:

Nasehat Pak Ustadz kepada Santri Kesayangannya

Para santri itu sudah berbaris rapi sambil komat-kamit membaca doa masuk kelas. Kebiasaan berdoa sesudah jamaah Isya’ itu sebagai pembukaan ngaji diniyah setiap malam di pesantren Nurul Wathan.

Sesudah berdoa bersama, para pengurus pondok memeriksa sandal dan kuku mereka. Bagi yang melanggar sudah pasti akan terkena sangsi atau dalam istilah pondok pesantren “Ta’zir”.

Kemudia para santri masuk ke kelasnya masing-masing untuk membaca nadzaman (lagu-laguan has pesantren), seperti Nadzam Imrithi dan Alfiyah. Baru setelah itu ustadznya masuk kelas untuk memberikan pelajaran.

Pada malam rabu itu, mata pelajaran di jam pertama adalah Sharrof, kemudian jam ke dua Fiqih. Pelajaran berjalan seperti biasanya, para santri memperhatikan penjelasan ustadznya.

Ternyata Pak Ustadz baru sadar kalau pada pertemuan sebelumya dia memberikan tugas yang wajib dikerjakan di pondok (PR), namun malam itu tak ada satu pun santri yang mengingatkan kalau ada PR.

Baca juga:

Contoh Cerpen Santri Tentang Hidup Baru di Pesantren

“Lho pada pertemuan kemarin, saya kan memberikan tugas”, tiba-tiba Pak Ustadz Martono mengingatkan.

“Oh ia ustadz”, jawab salah satu santri bernama Masrifah, sambil mengeluarkan buku tugasnya dari tas kesukannya itu.

“Gimana sudah mengerjakan semua?”, tanya pak ustadz kemudian.

“Alhamdulillah sudah pak, sudah selesai”, para santri serempak menjawab.

“Silahkan kumpulkan ke depan”, kata pak ustadz.

Para santri pun mengumpulkan tugasnya ke depan. Namun ada 2 santri yang tetap duduk di tempatnya. Dia kelihatan gelisah, wajahnya merah kusut.

“Sudah kalian kumpulkan semua tugasnya?”, tanya pak ustadz memastikan.

“Maaf ustadz, tugas saya belum selesai, soalnya kemarin dapat tugas nyapu ndalem”, kata Sendi memberikan penjelasan.

“Maaf ustadz, buku tugas saya ketinggalan di kamar, soalnya tadi langsung keburu masuk”, Atiqoh mencoba mencari alasan.

“Oh ia, tidak apa-apa”, lain kali tolong dikerjakan ya”, pak ustadz memaafkan muridnya yang tidak mengerjakan tugas.

Kemudian pak ustadz membagikan buku-buku tugas itu kepada murid-muridnya secara silang, untuk dikoreksi bersama-sama.

Sesudah selesai mengoreksi tugas harian pondok itu, pak ustadz meneruskan materi Sharrof dengan penuh semangat sesuai maqro’nya sambil lalu menyelipkan kisah-kisah inspiratif kepada para murid.

Sebelum waktu habis, pak ustadz tak lupa memberikan tugas baru kepada para muridnya. “Tolong ini dikerjakan di pondok ya!”, kata Pak Ustadz Martono sambil menuliskan tugasnya di papan tulis.

Dan akhirnya pak ustadz menyudahi pelajaran Sharrof dengan ucapan “Wallahu A’lam bisshawab”. “Assalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh”, tutup pak ustadz.

“Waaalaikum salam waroh matullahi wabarokatuh”, jawab para santri dengan serempak. Para santri pun berdiri untuk memberikan hormat kepada ustadznya yang hendak meninggalkan kelas.

No More Posts Available.

No more pages to load.