Cerita Cinta Sedih Anak Pesantren IV

oleh -
cerita-cinta-sedih-anak-pesantren-IV

Cerita Cinta Sedih Anak Pesantren IV, ini merupakan kelanjutan dari edisi sebelumnya. Mohon bagi yang belum membaca cerpen santri yang berjudul Cerita Cinta Sedih Anak Pesantren III, silahkan baca dulu, Ok

————————————-

Bayangan tentang raut wajah Neysa yang menjerit kesakitan karena luka lututnya, juga bayangan wajah Neysa yang menangis karena perasaannya terluka kini terus menghantui pikiran Ahkam yang sedang melaksanakan shalat Ashar.

Kejadian kemarin malam sangat membuatnya merasa bersalah. Ia tidak bisa fokus dan khusyu’ saat melaksanakan ibadah hanya karena bayangan perempuan berambut sepunggung itu.

“Assalamualaikum warahmatullah”, ucapan salam tahiyat akhir seorang imam membuat Ahkam tersentak dari lamunannya. Ia pun cekat membatalkan shalatnya dengan salam tahiyat.

Setelah selesai, laki-laki tampan itu berdoa dengan khusyu’ walaupun masih sedikit terbayang wajah Neysa. Ia tetap berusaha khusyu’ memohon sesuatu kepada Allah swt.

Di sisi lain, perempuan berambut sepunggung itu sedari tadi melamun – menikmati pemandangan dari jendela kamar ndalem. Namun terkadang dadanya mulai sesak saat terbayang wajah Ahkam.

Ingatan tentang ucapan Ahkam padanya membuat hatinya perlahan teriris.

“Hiks…ya Tuhan…. sakit”, lirihnya sembari mengecup kalung yesus-nya. Ia pun memilih berdoa kepada yesus agar terus diberi kesabaran. Ia berdoa dengan air mata meluncur hebat. Selesai berdoa, Ia mengecup dalam kalung yesusnya kembali.

“Neysa harap, hati Neysa bakal baik-baik saja dan terus berbahagia…”, batin prempuan itu dengan sedikit ukiran senyuman.

“Neysa….”, panggilan bibi Izza membuat Neysa yang saat itu fokus memotong sayuran menoleh ke arah bibi Izza yang sedang memasak.

“Iya bu, kenapa?”, tanya Neysa menghentikan sejenak aktivitasnya.

“Kamu kenapa akhir-akhir ini murung terus?…”, ucap bu Izza sembari mematikan kompornya dan mendekat ke arah Neysa sembari menepuk pundaknya perlahan.

“Gak apa bu… gak ada apa-apa”, balas Neysa sembari berusaha tersenyum, namun ia tetap melanjutkan aktivitasnya – memotong sayuran.

“Gak mungkin… jujur aja, anggap saja bibi Izza ini ibu kamu Ney…”, ucap bibi Izza membujuk Neysa yang luluh langsung mengungkapkan isi hatinya.

Baca juga:

Cerita Cinta Sedih Anak Pesantren II

“Neysa pengen pulang bu…”, keluh perempuan itu.

“Kok gitu? Keluarga kamu kan belum datang ke Indonesia Ney? yah kan?”

“Ia bu… tapi Neysa di sini cuman numpang, santri aja bukan, apa lagi agama aku….”, Neysa menunduk sedih, ia tidak tau harus bagaimana.

“Gapapa Neysa, kita sesama manusia harus saling tolong menolong. Jadi gak usah sungkan”, penjelasan bibi Izza sedikit menghilangkan rasa cemas pada dirinya.

“Pokoknya Neysa mau pulang bu…”, rengek Neysa seperti anak kecil.

“Gimana ya…. bibi Izza gak bisa apa-apa…. yang ngebolehin Neysa pulang itu Cuma romo yai Zulkifli”, Neysa menghela nafasnya  pasrah. Ia tak tahu harus membujuk bagaimana lagi.

Melihat Neysa yang tambah badmood, bibi Izza hanya bisa mengusap lembut punggung perempuan itu.

No More Posts Available.

No more pages to load.