SantriNow – Gus Dur memang tidak pernah melarang kaum santri untuk merokok selama masih dalam koridor kewajaran. Bahkan Gus Dur pun tidak setuju dengan pengharaman rokok oleh MUI pada masa beliau masih hidup.
Menurut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dinilai berlebihan saat berniat ingin mengeluarkan fatwa haram terhadap rokok. Karena menurutnya, fatwa tersebut akan menciptakan banyak pengangguran.
“Dengan adanya fatwa tersebut dapat membuat penggangguran semakin bertambah,” kata Gus Dur. Gus Dur menjelaskan, larangan haram yang akan digunakan sebagai dasar MUI untuk mengeluarkan fatwa dianggap tidak sesuai. “Karena MUI tidak melihat secara luas. Merokok itu tidak haram, melainkan sunah,” ujarnya.
Sebagai seorang yang dibesarkan dalam budaya santri, Gus Dur pun memiliki cerita menarik soal rokok. Berikut adalah dua kisah nasehat Gus Dur soal Rokok:
Mati Ngerokok
Kala Gus Dur masih muda, tepatnya saat beliau masih belajar di Mesir, Gus Dur punya teman asal Aceh, namanya Yas. Kamar mereka bersebelahan. Orang ini, tutur Gus Dur, betul-betul perokok berat. Ke mana pun dia pergi, pasti di kantongnya selalu terselip dua bungkus rokok. Satu sudah dibuka, satu lagi buat cadangan.
“Bagi dia, ngerokok itu jangan sampai ketelatan,” tutur Gus Dur. “Makanya si Yas ini selalu bawa dua bungkus.”
Saking sayangnya pada temannya ini, Gus Dur menasihatinya.
Gus Dur: “Yas, apa kamu enggak pernah baca tulisan di majalah bahwa tiap satu batang rokok itu bisa memendekkan umur 30 detik?
Yas: Belom tuh..
Gus Dur: “Lho, kamu ini gimana. Sekarang coba kamu itung sudah berapa tahun umurmu diperpendek oleh rokok itu.”
Yas menimpali: “Ya, tapi kalau saya enggak merokok, besok saya bisa mati.”
Mendengar reaksi Yas, Gus Dur hanya bisa membatin agar umur teman sebelah kamar asramanya ini panjang umur.
Baca juga: Puasa Setengah Tahun ala Gus Dur
Santri Dilarang Merokok
“Para santri dilarang keras merokok!” begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyatri. Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol.
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar.
Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambail merokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.
“Nyedot, Kang?” sapa si santri sambil menghampiri “senior”-nya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang “yunior”. Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi.
Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya. “Hai, rokokku jangan dibawa!” teriak Kiai Fatta. (Mus)