SantriNow – Bicara mengenai kehidupan anak pesantren tentu yang terekam dalam ingatan kita adalah pelajar yang kesehariannya identik dengan pakaian sarung, peci dan baju lengan panjang. Untuk yang putri tak lepas dari jibap, baju lengan panjang terusan hingga kaki. Biasanya mereka kemana-mana selalu bawa Alquran atau pun kitab. Kalau sudah waktunya azan, mereka berbondong-bondong pergi ke langgar atau masjid untuk sholat berjamaah.
Mengaji kitab atau pun semaan Alquran bagi anak pesantren sudah seperti makanan pokok sehari-hari yang wajib mereka penuhi. Santri juga identik dengan budaya wiridan setelah sholat, tahlilan setiap malam jumat, dibaan setiap senin malam, imrithian atau pun membaca nadzom alfiyah setiap pagi menjelang ngaji kitab serta tak ketinggalan manaqiban seminggu sekali dan tak jarang para santri pergi ke tempat kuburan para leluhur pesantren untuk mendoakan para guru-guru mereka yang sudah meninggal. Dan masih banyak kebiasaan lain yang sudah menjadi kewajiban mereka hidup di pesantren.
Tidak hanya itu, mereka juga sitiap pagi dan sore bersih-bersih atau dalam istilah pesantrennya (rooan) secara bergiliran di lingkungan pesantren, ruang kamar dan kamar mandi. Bahkan setipa seminggu sekali ada sitaan baju bagi mereka yang lalai melipat bajunya sendiri seusai dicuci.
Sementara apabila istirahat mereka biasanya tidur bersama-sama entah di musholla atau pun di kamar mereka masing-masing. Dan satu lagi kebiasaan hidup di pesantren adalah antre mandi, antre makan. Kalau sudah tiba waktunya makan pagi, mereka akan setia menunggu giliiran demi sepiring nasi. Semua kegiatan itu dilakukan oleh santri dengan rasa senang hati karena sudah kadung jadi santri. Jadi hanya santri yang tahu tentang beban rasa, hidup serba aturan di pesantren yang tidak mungkin bisa terlupakan. Karenanya tidak salah bila ada orang mengatakan, hidup di pesantren itu adalah latihan menjadi manusia yang mandiri dan penuh tanggung jawab.
Baca juga: Rasanya Hidup di Pesantren Memang Sakit-Sakit Sedap