Cerpen Santri dengan judul Wanita Kahfi ini ditulis oleh Lifa Ainur Rahmah, seorang santri pegiat lieterasi dari Pesantren Al-Fitroh Surabaya. Mari baca sampai tuntas.
SantriNow | Mendung bergelayut di petala langit, suara petir kian gempal, menyakiti gendang telinga makhluk bumi kapanpun ia ingin menggeser mendung di langitnya. Suasana ini harusnya lazim saja, tapi kejadian yang baru saja menimpa, atau tepatnya seusai kepergian lelaki paruh baya berjanggut merah, berpakaian serba putih, dan selalu sengaja melilitkan surban di kepala itu, membuat seantero pesantren dicekam berbagai rasa yang entah layak disebut apa. Marah, kecewa, dan semacamnya.
Wanita baik itu, terlampau baik bahkan, yang karena kebaikan dan kebijakannya, ia dituntun Kepala pesantren menuju singgasana emasnya. Namun, entah tabiat, entah sifat, jelasnya, kesombongan merasuki jiwanya. Jangan tanyakan kepemimpinannya, jangan tanya bagaimana ia memperlakukan orang yang harus dipimpinnya, yang harus diayominya, jangan tanyakan semua itu. simpan saja pertanyaanmu, dan mulailah berimajinasi, bayangkan bagaimana seseorang mengurus segala hal dengan pemikiran yang lucut tanpa meminta pendapat hati. Bayangkan!
“Mereka yang menyulitkan akan disulitkan! Mereka yang berjalan di muka bumi tanpa hati, tak lebih seperti orang mati. Kamu gambarannya! Kamu! Dengarkan kemarahanku, Wanita durjana! Dengarkan kutukan seorang Ayah yang kau buat malu puterinya, yang kau rendahkan harga dirinya tanpa tahu kebenarannya, kamu tak pantas ada di pesantren ini, esok kamu akan terasing. Sendiri. Hanya sendiri. Kamu hanya bisa memimpin dirimu sendiri. Di tempat yang paling sunyi. Seorang diri! Seorang diri!” mata lelaki berjanggut merah itu mengkilat penuh amarah, kemudian langkah perginya disusul oleh suara petir yang memekakkan telinga. Juga hujan deras yang mengguyur seluruh kota tanpa ampun.
Baca juga: Contoh Cerpen Santri Tentang Hidup Baru di Pesantren