Contoh Lagu Mars Yaa Lal Wathan ala Santri Putri Zaman Now Paling Kece Hari Ini

oleh -
oleh

#laguyalalwaton #santrizamannow #hubbulwathon #syubbanulwathon #santrikece #santriputri

Sidoarjo – Berikut contoh lagu mars Yaa Lal Wathan ala santri zaman now yang paling populer sekaligus kece.

Lagu Mars Yaa Lal Wathan atau yang juga akrab disebut nyanyian Hubbul Wathan merupakan maha karya dari KH Wahab Chasbullah Tambak Beras, Jombang. Lagu ini kembali dipopulerkan tahun 2014 yaitu sejak Hari Santri Nasional tanggal 22 Oktober mula-mula diperingati.

Secara historis nyanyian Syubbanul Wathon, orang-orang juga menyebutnya, merupakan lagu yang digubah oleh KH Wahab Chasbullah untuk tujuan membakar semangat para pejuang yang sebagian besar adalah santri zaman old Indonesia dimana bangsa ini masih terjajah Belanda.

Semangat Abdul Wahab muda sekitar tahun 1914 sepulang dari menuntut ilmu di Mekkah merasa tidak mampu memaksimalkan seluruh kemampuan berpikir dan bergeraknya saat menjadi salah satu bagian dari Syarikat Islam (SI) dengan tokoh utamanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto (1883-1934 M).

Bahkan Kiai Wahab merasa belum berbuat apa-apa untuk bangsa Indonesia kalau belum mendirikan organisasi sendiri. Karena dalam pandangannya, SI terlalu mengutamakan kegiatan politik, sedangkan dirinya menginginkan tumbuhnya nasionalisme di kalangan pemuda melalui kegiatan pendidikan.

Sehingga pada tahun 1916, KH Wahab Chasbullah berhasil mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan atas bantuan beberapa kiai lain dengan dirinya menjabat sebagai Pimpinan Dewan Guru (keulamaan). Sejak saat itulah Nahdlatul Wathan dijadikan markas penggemblengan para pemuda. Mereka dididik menjadi pemuda yang berilmu dan cinta tanah air (Choirul Anam, 2010: 29).

Bahkan setiap hendak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab ciptaan Mbah Wahab sendiri. Kini lagu tersebut sangat populer di kalangan pesantren dan setiap kegiatan Nahdlatul Ulama (NU), yakni Yaa Lal Wathan yang juga dikenal dengan Syubbanul Wathan (pemuda cinta tanah air).

Benih-benih cinta tanah air ini akhirnya bisa menjadi energi positif bagi rakyat Indonesia secara luas sehingga perjuangan tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi pergerakan sebuah bangsa yang cinta tanah airnya untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan. Berikut syair lagu yang kini masyhur itu:

يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن

حُبُّ الْوَطَن مِنَ الْإِيْمَان

وَلَا تَكُنْ مِنَ الْحِرْمَان

اِنْهَضُوْا أَهْلَ الْوَطَن

إِنْدُونَيْسيَا بِيْلَادِيْ

أَنْتَ عُنْوَانُ الْفَخَامَا

كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْمَا

طَامِحًا يَلْقَ حِمَامَا

Semangat nasionalisme Kiai Wahab yang berusaha terus diwujudkan melalui wadah pendidikan juga turut serta melahirkan organisasi produktif seperti Tashwirul Afkar yang berdiri tahun 1919. Selain itu, terlibatnya Kiai Wahab di berbagai organisasi pemuda seperti Indonesische studie club, Syubbanul Wathan, dan kursus Masail Diniyyah bagi para ulama muda pembela madzhab tidak lepas dari kerangka tujuan utamanya, yakni membangun semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang sedang terjajah.

Kiai Wahab telah membuktikan diri bahwa internalisasi semangat nasionalisme sangat efektif diwujudkan melalui ranah pendidikan. Hal ini dilakukan dengan masif di berbagai pesantren sehingga peran kalangan pesantren sendiri diakui oleh dr Soetomo (Bung Tomo) sebagai lembaga yang sangat berperan dalam membangun keilmuan kokoh bagi bangsa Indonesia sekaligus dalam pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan.

Lagu yang menggunakan bahasa arab ini, hari ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut terjemahannya:

Pusaka hati wahai tanah airku

Cintamu dalam imanku

Jangan halangkan nasibmu

Bangkitlah, hai bangsaku!

Indonesia negriku

Engkau Panji Martabatku

S’yapa datang mengancammu

‘Kan binasa dibawah dulimu!”

Catatan: Hubbul Waton Minal Iman bukanlah hadist apalagi ayat quran melainkan perkataan atau jargon yang digunakan oleh Hadratus Syeikh H Hasyim Asy’ari.

Alhamdulillah lagu ini hari ini menjadi mars lagu Hari Santri Nasional 22 Oktober. Bahkan di beberapa pesantren lagu ini dijadikan sebagai doa sebelum pelajaran dimulai. (SantriNow)