Gus Bah’ Santri Kesayanga Mbah Moen
Gus Baha’ di samping alim, beliau juga dikenal santri kesayangan kiainya. Terbukti dalam beberapa kesempatan, beliau selalu mendampingi guru beliau Syaikhina Maimoen Zubair. Mulai sekedar berbincang santai, sampai urusan mencari ta’bir dan menerima tamu-tamu ulama’-ulama’ besar yang berkunjung ke Al Anwar. Karenanya Gus Baha’ dapat julukan santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.
Suatu saat beliau dipanggil Mbah Moen supaya mencari ta’bir mengenai suatu persoalan. Dengan cepatnya ta’bir itu ditemukan tanpa membuka referensi kitab yang dimaksud. Sebab itulah Mbah Moen langsung terharu dan bilang “Iya ha’, kamu memang cerdas benar” (dalam bahasa Jawa).
Maka tidak ayal, Gus Baha’ sering dijadikan contoh teladan oleh Mbah Moen saat berceramah di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. “Santri yang benar-benar santri itu seperti Baha’ itu,” (tutur Mbah Moen dalam bahasa Jawa).
Riwayat pendidikan Gus Baha’, menerut informasi yang kami dapatkan, mulai kecil hingga beliau mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, hanya dua pesantren, yaitu pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu Sarang.
Sosok Kepribadian Gus Baha’
Gus Bah seusai nyantri, belau menikah dengan seorang perempuan pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Gus Baha’ menceritakan bahwa saat acara lamaran selesai, beliaunemui calon mertuanya dan mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, bahkan sangat sederhana.
Seolah-olah dengan ungkapan itu, beliau ingin agar calon mertuanya berfikir ulang tentang rencana pernikahan tersebut. Hal ini dilakukan agar mertuanya tidak kecewadi kemudian hari. Mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan “klop” alias sama saja dengan dirinya.
Dan ini terbukti dari cara beliau berangkat ke Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Konon beliau berangkat sendiri ke Pasuruan naik bus biasa kelas ekonomi. Dan kesederhanaan beliau bukan semata-mata karena kebetulan, melainkan memang sudah hasil didikan ayahnya semenjak kecil.
Pilihan hidup sederhana beliau bukan karena keluarganya miskin. Karena kalau melihat silslah keluarga dari pihak ibunya, atau lebih tepatnya lingkungan keluarga di mana Gus Baha’ diasuh dan dibesarkan,tiada satu keluarga pun yang miskin.
Sewakut penulis mengkonfirmasi terkait ini, beliau menyatakan bahwa pilihan tersebut adalah ciri khas keluarga Qurani yang dipegang erat sejak jaman leluhurnya. Bukan hanya itu, bahakan ayahnya pernah berwasiat agar Gus Baha’ menghindar untuk menjadi ‘manusia mulia’ menurut pandangan keumuman makhluk atau lingkungannya. Hal itulah yang kemudian mewarnai kehidupan beliau dalam sehari-hari.
Baca juga: Subhanallah, Sosok KH Marzuki Mustamar Sungguh Luar Biasa