Cerpen santri dengan judul Sepotong Sapa yang Mencengangkan, ini mengisahkan tentang anak muda yang terpengaruh budaya luar.
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
( Q.S. Al-Baqarah: 268)
***
“Antum harus bergegas hijrah”, ujar pengemis yang telah menyulap wajahnya dengan lembar-lembar rambut bernama jenggot tersebut. Lalu Mawar seperti tertancap duri dari tubuhnya sendiri.
Langkah hati riuh penuh sinar sujud pada sepucuk surga merangkul dalam jiwa raga, lembah merona melukis setapak demi setapak terlahir seorang gadis berselendang hijau ke dunia ini. Ia tinggal di sebuah desa Kemungin dan terlahir dengan keterbatasan fisik naungan sederhana, yang menemani sepanjang hidupnya. Dia begitu mencintai sepucuk surga bersinar demi melihat insan-insan tak berdaya merasakan kebahagiaan yang ia rasakan, sepucuk surga telah menemani Mawar gadis selendang hijau. Walaupun, sepucuk itu sangat berharga bagi gadis berselendang hijau tapi itu dapat mencukupi kebutuhan hidupnya bahkan ia dapat memberikan sepucuk surga.
Sirna hijau menyiru lembah melalui lembah kaki ia menelusuri hamparan bebatuan halus nan mempesona, Mawar keluar dari gubuknya untuk menikmati keindahan alam membentang cakrawala itulah tuhan, ia tampak lelaki compang-comping yang termenung di sisi jalan ia langkahkan kaki lalu menghampiri dengan rasa belas kasih segera ia menyodorkan segenggam koin yang tersedia di sakunya.
“ Ini pak terima”, ujar gadis pada lelaki compang camping.
Di kala itu pengemis itu sangat berterima kasih kepada sang kholik atas semua anugerah yang diberikan kepadanya. Gadis murah hati yang lebih memilih hartanya habis untuk melihat bahagia pengemis dari ia hamburkan untuk dirinya. Dengan sepucuk surat ini ia dapat menurnikan pusakanya dari kejamnya jahanam.
Lembah palung mendalam membebaskan batu hitam bersuruh getaran gemuruh, selepas ia memberikan segenggam koin kepada pengemis itu. Ia melangkah kembali menelusuri jalan desa, hati penuh ikhlas meninggalkan pengemis, sendirian setelah mendapatkan anugerah dari tuhan. Betapa indahnya karunia tuhan yang diberikan pada Mawar ia dapat memberikan sepucuk surga buat dia senyuman insan tak berdaya kekuatan untuknya.
Baca juga: Kerinduan Fulan