SantriNow | Terlihat wajah Fulan penuh gembira secerah langit ditengah hari. Ia duduk di bale-bale bambu usang yang telah dimakan usia, sembari menunggu ibunya pulang dari pasar. Sore itu ia menantikan penjelasan ibunya tentang surga. Tak ada hal lain yang membuat ia begitu senang sekaligus penasaran selain surga.
‘’Apa itu surga…?’’ kalimat yang selalu terpikir di benak Fulan.
Fulan, seorang anak yang merindukan sosok seorang bapak, sejak kecil ia tidak pernah mengenal sosok bapaknya. Ia hanya tinggal bersama ibunya di sebuah rumah kecil dan tua. Tempat itu sebetulnya tidak pantas disebut sebagai rumah, dindingnya yang bolong menjadi jalan kucing dan tikus kejar-kejaran, atapnya yang bocor membebaskan air hujan masuk yang membuat becek lantai rumahnya, yang masih original permukaan bumi. Sedangkan bapaknya telah meninggal dunia sejak Fulan masih kecil, menjadi salah satu korban bom bunuh diri oleh orang yang tidak bertanggung jawab jihad katanya, tapi ibunya belum menceritakan peristiwa itu pada Fulan. Bila Fulan merindukan dan bertanya tentang sosok bapaknya,ibunya pasti menjawab ‘’Bapakmu di surga nak’’, jawaban yang selalu dilontarkan ibunya jika ia bertanya dimana bapaknya. Jawaban yang disukai Fulan.
‘’Apa kita bisa ke surga, ya Mak…? tanya Fulan yang belum tau apa itu surga‘’. Oh tentu bisa nak’’, sahut ibu Muslimah.
‘’Kita bisa ke surga dan kita bisa bertemu bapak di sana, tapi ada syaratnya’’.
‘’Apa syaratnya mak?’’, tanya Fulan kebingungan.
‘’Syaratnya kita harus rajin sholat, puasa dan sering melakukan hal-hal yang terpuji, nak.’’ Jawab ibu muslimah sambil membelai rambut anaknya dengan hati nestapa.
‘’Oh ya, apakah kamu sudah sholat nak ?.’’ Tanya ibu muslimah, mengalihkan pertanyaan.
‘’Aku sudah sholat ashar tadi mak, sekarang aku mau ke masjid sholat maghrib disana, kemudian ngaji.’’ jawab Fulan sambil mengalungi lehernya dengan sarung kebanggaannya yang selalu dipakai ketika sholat.
Baca juga: Santri Itu Begini, Bukan Begitu