Jangan Tinggalkan Keyakinanmu

oleh -
oleh
Jangan Tinggalkan Keyakinanmu

Cerpen santri yang berjudul Jangan Tinggalkan Keyakinanmu ini, mengisahkan seorang anak yang merasa dizalimi tuhannya.

“Kring….!Kring….!”. Jam beker mengejutkanku.

Fajar telah terbit. Pertanda hari akan segera dimulai. Para kelelawar dan hewan penghuni malam telah kembali ke tempat tinggalnya masing masing. Para ayam saling berlomba untuk berkokok membangunkan orang-orang. Dan adzan sudah saling berkumandang.

Aku mengejapkan mataku berkali kali. kurenggangkan tubuh selepas tidur. Dengan sedikit malas kulangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu’ dan melaksanakan sholat shubuh.

***

“Bunda, aku berangkat dulu ya”, ucapku pamit.

“Loh kamu nggak sarapan dulu?”

“Ndak usah bunda. Nanti bisa sarapan di kantin kampus.”, ucapku seraya mengamit tangan bunda untuk bersalaman.

“Assalamu alaikum bunda.”

“Waalaikum salam. Hati-hati di jalan.”

Inilah kehidupan sehari-hariku. Namaku Hallina Hilyatal Aiman, biasa dipanggil Hilya. Saat ini aku duduk di bangku perkuliahan di salah satu universitas di Surabaya. Kota kelahiranku. Aku terlahir dari latar belakang keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana. Setiap hari aku selalu menaiki angkot, setiap kali hendak ke kampus. Seperti saat ini. Dan aku selalu merasa cukup dengan segala pemberian Allah terhadapku. Aku selalu bersyukur karena aku diberikan seorang bunda yang sangat menyayangiku. Dengan segala kesederhanaan yang ada, aku selalu berusaha bersyukur kepada Allah. Dan minta untuk selalu didekatkan kepada Sang Penguasa alam semesta.

“Hai Hilya !”, sapa seseorang mengagetkanku. Dia duduk disebelahku yang saat itu memang kosong. Dia teman karibku. Saking dekatnya, kami sering dijuluki benalu. Jalur angkot yang kunaiki ini memang satu jalur dengan rumahnya. Sehingga kami selalu bareng saat ke kampus.

Bapak dan Ibu Nadia mati terbunuh

Baca juga: Perjuangan Seorang Pelajar di Masa Penjajah