SantriNow | Habib Ali al-Jufri. Siapa yang tak kenal beliau? Kalau dari sebagian pembaca masih ada yang belum kenal, atau ingin lebih kenal lebih dalam tentang beliau, silahkan baca tulisan ini: Habib Ali Zain al – Abidin al Jifri
Akhlak beliau yang begitu mulia patut dijadikan teladan. Beliau pernah berkata begini, “jika ada saudara saya yang beragama Yahudi, maka saya akan tetap mengasihinya sebagai manusia”. Ini merupakan petikan dari ceramah beliau di forum internasional.
Beliau tidak pernah membedakan antara yang muslim dengan non muslim dalam bergaul. Apapun agamanya bagi beliaus, tidak menjadi hambatan untuk menjalin persaudaraan sebagai manusia, sebagai makhluk di bumi.
Habib Ali al-Jufri sangat tawadhu’
Ketawadhan beliau kepada gurunya pun sangat agung. Suatu saat beliau diundang dalam sebuah forum majlis taklim dan beliau sebagai mubalighnya. Tetiba, dari arah pintu ruangan itu, datang guru beliau yang tak lain adalah Syeikh Mummad Said Ramadhan al-Buti.

Sedikit tentang meninggalnya al-Buthi. Syeikh Muhammad Romadhan al-Buthi sudah wafat terkena ledakan bom bunuh diri di rumahnya sewaktu mengisi pengajian bersama para santri-santrinya, Kamis malam (21/03/2013)
Ketika Habib Ali melihat ada Syeikh al Buthi (sapaan akrab Muahammad Said Ramadha al Buthi) datang, langsung menghentikan ceramahnya, dengan tulus beliau menyambut sang guru. Namun, al-Buthi tidak mau duduk di depan. Al Buthi malah duduk bersama jamaah yang lain. Al-Buthi duduk di barisan kanan paling belakang. Subhanalla. Dua sosok yang luar biasa.
Melihat sikap sang guru yang begitu, Habib Ali lantas menghaturkan al-Buthi supaya duduk di sampingnya menghadap ke arah jamaah. Lantas Habib Ali menyampaikan kepada para jamaahnya agar bisa mengambil istifadah (faidah) dari Syeikh al-Buthi. Kemudian Habib Ali mohon kepada al-Buthi agar memberikan sedikit sambutan.
Habib Ali al Jufri pun turun dari tempat duduknya semula dan duduk bersama jamaah yang lain sewaktu gurunya memberi sambutan. Tindakan begitu ia lakukan sebagai wujud penghormatan kepada sang guru.
Pada saat al-Buthi selesai memberi sambutan, Habib Ali mohon agar Syekh al-Buthy melanjutkan dan memberikan siraman kepada segenap jamaah yang hadir. Namun al-Buthi tidak berkenan, sebab majelis tersebut adalah mejelisnya Habib Ali. Tidak hanya itu, al-Buthi berharap dapat ikut mendengarkan ceramah dari muridnya tersebut. Namun Habib Ali tetap meminta agar al-Buthi berkenan melanjutkan.

“Silahkan lanjutkan wahai syeikh. Ceramah saya telah usai sebelum engkau datang. Kini saatnya kami mendengarkan ceramahmu.”
Itulah sikap dzurriyah Rasulullah Saw. Semoga kita sebagai santri dapat mengambil ibroh dari kisah singkat di atas. Amin (*)