Kisah Cinta Tiga Sahabat
Ah terlalu klise untuk menjadi cerita, karena rasa yang utuh diantara mereka mengalahi rasa cinta pada kekasihnya karena sehabis ini akan banyak air mata yang bercucuran karena perpisahan setelah wisuda. Tahun ini adalah tahun terkahir mereka menjadi mahasiswi lalu setelah itu Nia degan kesibukannya Aisyah dengan sedikit keegoisannya dan Ira dengan nuansa Jogja yang indah.
“Kamu mau ambil sidang kapan Ra,”, tanya Aisyah.
“Mungkin februari”, jawabnya.
“Aku juga”, sahut Nia.
“Kalian gak mau bareng aku gitu?”, tanya Aisyah dengan ketusnya.
“Nggak ah,”, ledek Nia.
“Oh gitu ya”, Aisyah dengan angkuhnya.
“Cantik mah bebas”, sahut Nia dengan nada jengkel.
“Awas ya”, ancam Aisyah.
Sembari menertawakan Aisyah, Khumairah. Nia cekikikan melihat raut wajah sahabatnya yang kesal dengan candaannya, padahal dia secara diam-diam juga berniat sidang bareng dibulan yang sama. Tampak dari jauh Aisyah dengan muka kesalnya sekaligus sedih karena menganggap sahabatnya tak lagi peduli padanya.
“Wkkwkwk, nggak lah Syah, kita mah tetep bareng”, sahut Ira seraya mendekatinya.
“Ah males”, ketus Aisyah.
“Beneran Syah, mana tega kita sama sahabat”, Nia dengan senyum manisnya.
“Bener ya, awas kalo bareng”, jawab Aisyah sembari memalingkankan wajahnya.
“Tuh-tuh keluar egoisnya”, kata Ira dengan cekikikan.
“Tau ah”, balas Aisyah.
Langit menggigil, bulan dan bintang butuh selimut dengan keromantisan yang terjalin di antara mereka. Luka yang mereka tanggunng masing-masing bukan lagi persoalan yang harus ditangisi. Dan kebahagiaan yang dinikmati saat ini adalah obat bagi bekas luka nestapa di hati mereka. Dan mungkin bahasa yang pas untuk mereka, hampir seperti kata D Zawawi Imron, “Madura Cintaku Bangil Sayangku dan Bojonegoro Rinduku biarkan jejakku kutinggal dihatimu masing-masing namun senyum dan rindu akan tetap melekat d ihati kemanapun aku pergi”
“Suatu hari aku pingin melihat kalian selalu tersenyum dengan hidup yang baru”, kata Nia kepada sahabatnya.
“Jangan pernah melupakan kemesraan ini”, tegas Ira.
“Kalau aku sedih, aku akan kembali pada saat ini, saat dimana kita meramal segala mimpi untuk hidup kita masing-masing”, sahut Aisyah.
“Sampai ketemu di bulan Mei, karena sahabat bukan hanya soal cerita dan berpisah, tapi tentang keluarga yang saling mencinta dan semoga rasa masih tetap tertanam dalam jiwa hingga semuanya menua”.
*Cerita ini akan berlanjut selama cinta dan rindu tetap dibina bersama-sama.
Surabaya 03 Februari 2019
Fahrur Rozi
Sumber : Nikmatus Shaleha