“Kamu sudah siap?”, pertanyaan kyai setahun yang lalu
“Siap kemana kyai?”, tanyaku keheranan.
“Tidakkah kau ingin menikah?”, sahut Kyai
“Menikah?”, tanyaku kembali
“Saya belum cukup ilmu untuk menikah kyai”, jawabku.
“Pokoknya tahun depan kamu menikah, sudah kusiapkan gadis untukmu”, jawab kyai seraya meninggalkanku di tempat ternak.
Deg, hatiku terketuk semuanya berhenti seketika, angin yang tadinya semilir di telinga, tetiba hening, entah aku harus senang atau apapun itu. Aku belum siap meninggalkan senyum gadisku kala itu, aku pun belum tahu, namun apalah daya ketika aku harus menurut dan patuh pada sang guru.
Semenjak percakapan itu senyum gadis kerudung unguku tak pernah lagi kulihat di dinding-dinding tempat aku memperhatikannya dulu. Bayangannya pun tak lagi mengitari kejelian mataku dan aku hanya bisa pasrah dan berdoa pada Tuhan.