SOLO, SantriNow | Khusnul Itsariati yang merupakan santri Klaten merintis usaha membuat karajinan tas dari kain kanvas dan goni. Kini produknya berhasil tembus Eropa seperti Negeri Belanda. Tidak hanya untuk dirinya, dia juga melibatkan anak-anak pesantren.
Pameran ekonomi kreatif yang berlangsung di Gedung Sunan Pandanaran, kompleks RSPD Klaten beberapa waktu lalu berhasil menampilkan berbagai produk asal Klaten. Menariknya, ada satu brand produk tas yang cukup menarik perhatian yakni Kimi Bag. Bahan utama pembuatan tasnya berasal dari kain goni.
Saat salah satu wartawan media online menghampiri standnya langsung disambut sang pemilik usaha Khusnul Itsariati. Perempuan 31 tahun asal Desa Malangan, Kecamatan Tulung, Klaten ini pun mulai memperkenalkan berbagai produk tasnya yang dimulai sejak 2011.
Kesuksesan perempuan berhijab ini dalam merintis usahanya hingga tembus luar negeri tidak datang secara tiba-tiba. Hobinya dalam membuat kerajinan dengan bahan utama kanvas dan goni ditangkap suaminya dengan membuatkan sebuah blog.
Baca juga: Terinspirasi Gus Mus, Santri Ini Tebar Nilai Islam Lewat Seni Rupa
Berawal dari Blog
Produk yang telah jadi ditawarkan dalam blog tersebut hingga akhirnya mendapatkan respons yang cukup baik. Pemesanan datang kepadanya secara bertahap hingga akhirnya memutuskan melibatkan anak-anak Pondok Pesantren Alqohar di Dusun Pulon, Desa Malangan, Kecamatan Tulung.
“Pada awal-awal kami menikah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jika saya mengajar, suami bekerja di penerbitan. Hingga akhirnya memiliki anak dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah,” jelas Khusnul saat ditemui koran ini belum lama ini.
Akhirnya Khusnul menyibukkan dirinya dengan pembuatan tas yang telah menjadi hobinya sejak masa kuliah. Bermodal membeli kain Rp 150 ribu dan satu mesin jahit akhirnya dia bisa memproduksi berbagai model tas yang menarik. Produk tas itu lantas ditawarkan dalam sebuah blog, sebelum akhirnya sudah memiliki website sendiri.
Produk yang dibuat Khusnul beraneka ragam, mulai dari dompet, tas selempang hingga tas ransel. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 500 perak berupa aksesori seperti pin hingga tas dengan harga Rp 260 ribu. Memang harga produknya tergantung dengan tingkat kesulitan selama proses produksi berlangsung.
“Pemesanan produk ke kami terus mengalami peningkatan sehingga kami memutuskan untuk melibatkan Pondok Pesantren Alqohar yang tidak jauh dari rumah kami. Ada 25 putra-putri pondok pesantren yang membantu kami dalam memproduksi,” jelasnya.
Khusnul memang sengaja melibatkan anak-anak ponpes itu dalam usahanya untuk bisa melatih kemandirian dengan berwirausaha. Mereka hanya bekerja mulai dari pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB saja. Di waktu tersebut terdapat waktu istirahat bagi mereka dari pukul 11.30 WIB hingga 13.30 WIB sehingga anak-anak santri itu bisa menjalankan kewajibannya.
“Dalam satu bulan untuk menghasilkan satu produk bisa dikerjakan oleh anak-anak hingga 2000 biji untuk dompet. Sedangkan dalam pembuatan tas paling 500-700 biji untuk memenuhi permintaan dari pemesan,” jelasnya.
Belum lama ini dirinya mengerjakan pemesanan dari Brunei Darussalam dan Singapura untuk berbagai produknya. Tak menyangka pula kerajinan tas dan dompet dari kanvas serta goni jika diminati pembelinya dari Belanda. Dirinya berharap usahanya terus berkembang sehingga produk asal Klaten mendapatkan tempat di luar negeri. (*)
COPYRIGHT © RADARSOLO 2018