1. KH. Abdurrahman Wahid.
Gus Dur pernah nyantri di pesantren Poncol (pesantren al-ittihad), pesantren Tebuireng, dll. Karir Gus Dur, sepulang dari mesir Gus Dur langsung jadi pengajar di pesantren kakeknya di Tebuireng, ketua PBNU 3 periode, kemudian pendiri partai PKB dan menjadi Presiden ke-4. Dalam organisasi di luar NU Gus Dur salah satu perintis organisasi Demokrasi, dan masih banyak lagi yang laiinya. Dalam bidang keimuan jangan ditanya, Gus Dur muda senang membaca menunis, dan menguasai beragam bahasa seperti bahasa Inggris, Belanda, Arab, Jerman, dll.
2. Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA
Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang menjadi dosen tetap di fakultas hukum di universitas di Australia. Sejak pertengahan tahun 2015 dia mengajar di Monash University Faculty of Law, salah satu Fakultas Hukum terbaik di dunia. Sebelumnya selama 8 tahun ia mengajar pada Fakultas Hukum, Universitas Wollongong (2007-2015) hingga meraih posisi sebagai Associate Professor.
Seorang Santri Yang Berhasil Menjadi Guru Besar di Amerika Serikat, Yaitu Prof. Dr. K. Yudian Wahyudi. Beliau adalah dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang berhasil menembus Harvard Law School di Amerika Serikat. Hal itu diperolehnya setelah menyelesaikan pendidikan doktor (PhD) di McGill University, Kanada. Ia juga berhasil menjadi profesor dan tergabung dalam American Asosiation of University Professors serta dipercaya mengajar di Tufts University, Amerika Serikat (AS
4. Habiburrahman El Shirazy
Siapa yang tidak mengenal Habiburrahman El Shirazy, atau yang biasa di panggil kang Abik Ini, dengan Bergelar H. Habiburrahman El Shirazy, Lc. Pg.D. beliau telah mendapatkan gelar sebagai penulis NO. 1 di Indonesia (dinobatkan oleh INSANI UNDIP AWARD pada tahun 2008). Laki- laki yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976, juga menekuni berbagai bidang selain novelis. Belaiu ini juga dikenal sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pesantren, dan penceramah. Pernah nyantri di Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah ketika Mts.
Perjuangan dari santri negeri hingga bisa menjadi seorang Dokter Juga ditekuni oleh Dr. Ali Alatas. Ali Alatas berasal dari keluarga kurang mampu. Tinggal di hutan belantara pedalaman Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Namun mimpinya untuk mengejar pendidikan tak pernah surut. Sampai akhirnya menjadi dokter.
Ali melanjutkan pendidikan di Pesantren ‘Assalam Al-Islami’ di desa Sri Gunung, Sungai Lilin, Musi Banyuasin selama 6 tahun.
Seperti dikutip Merdeka.com, mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Abdurrahmah Wahid ini, mendapat gelar professor dari Harvard University (1998), menjadi Asisten Professor di Temple University Department of Religion, USA (1993-1995).
Adik M. Quraish Shihab ini pernah nyantri di Darul Hadis, Malang, sebagaimana dikutip dari Alwishihab.com.
7. Sumanto Al Qurtuby
Sumanto Al Qurthuby lahir di Batang, Jawa Tengah, pada 10 Juli 1975. Pria kini berusia 40 tahun mendapatkan dua gelar master dari The Eastern Mennonite University’s Center for Justice and Peacebuilding, Virginia, Amerika dan Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia.
Pria lulusan sarjana IAIN (UIN) Walisongo, Semarang ini, menjadi salah satu Asisten Professor pada bidang Antropologi di King Fahd University of Petroleum and Minerals Dahran, Saudi Arabia, seperti dikutip dari Mei.edu.
8. Eva Fahrun Nisa Amrullah
Seperti dikutip dari Facebook pribadinya, istri Faried F. Saenong ini aktif berkiprah di berbagai universitas luar negeri, seperti menjadi peneliti di Austrian Academy of Sciences dan Post Doctoral di Universitas Amsterdam.
Ia pernah nyantri di Darunnajah selama 6 tahun. Menurutnya, Pesantren Darunnajah telah mengajarkannya Islam Rahmatan lil ‘Alamin, Islam yang penuh kasih sayang. Islam yang tidak pernah mengkotak-kotakkan santri dan nonsantri. Selain itu, pesantren juga mengajarkannya tetap bekerja sama walaupun berbeda.
9. Ahmad Fuadi
Penulis Novel yang terkenal lewat karyanya yang berjudul “Negeri Lima Menara”, bahkan sudah difilmkan, baru-baru ini juga telah sukses meraih Social Impact Award dalam Education UK Alumni Awards 2016. Meski hanya menempuh studi di Inggris selama satu tahun untuk pendidikan master.
Sekarang ini Ahmad Fuadi juga mendirikan Komunitas Menara yang menyediakan akses pendidikan dan buku bagi komunitas kurang mampu. Pada kesempatan itu, dia membeberkan rahasia kesuksesannya mengenyam pendidikan tinggi di Inggris.
Dalam Hal Pendidikan Ternyata Ahmad Fuadi adalah Alumni Pondok Pesantren Gontor. Hingga pada 2004-2005 dia melanjutkan studi di Royal Holloway, University of London, jurusan Film Dokumenter melalui beasiswa Chevening. Bahkan Karya Best sellernya tersebut juga diilhami saat berjalan-jalan di Inggris sambil belajat membuat cerita.
Ini masih 9, masih banyak santri-santri sukses yang kami tidak tahu.
Dari berbagai sumber [as]