Mufti Azhar: Bahaya Paham Pengkafiran

oleh -
oleh
Mufti Azhar: Bahaya Paham Pengkafiran

SantriNow | Pengkafiran terhadap orang lain yang berbeda pendapat, hingga mengakibatkan penghalalan darah orang lain, ini semua bukan hal yang baru dalam masyarakat Islam. Kita semua pernah belajar tentang sejarah kelompok Khawarij.

Akan tetapi ini terjadi lagi, terutama pada pemuda-pemuda yang belum memiliki keahlian khusus dalam memahami Islam. Mereka hanya melakukan perbuatan-perbuatan yang sembrono. (Baca: Habib Ali Al-Jufri: Khawarij Modern Telah Penggal Ulama Sinai Mesir)

Pokok perbedaan antara akidah kelompok Takfir dengan akidah para imam muslimin tersembunyi pada pembahasan “Iman dan Islam”, yang dinamakan oleh para ulama akidah di dalam bab “Hubungan antara Perbuatan dengan Hakikat Iman”.

Mazhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengenai hakikat iman adalah ‘Keyakinan yang ada dalam hati kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir. Sampai hadis shahih terakhir yang mana semua menjelaskan iman sebagai keyakinan pasti yang ada dalam hati.

Namun di zaman ini, muncul beberapa kelompok yang mereka berlebih-lebihan (tasyaddud) dalam memahami iman. Mereka juga berusaha mati-matian melalui buku-buku, pengajaran, dan media, untuk menanamkan pemahaman kepada masyarakat bahwa mazhab yang benar adalah mazhab yang berpandangan bahwa iman adalah campuran dari keyakinan dengan perbuatan, sehingga keyakinan saja di dalam hati itu belum cukup untuk mengartikan makna iman.

Kita berusaha mengajak untuk supaya kita kembali kepada mazhab Assya’irah, Maturidiyah, dan Ahlul Hadis, dalam permasalahan ini.

Sesungguhnya kita sedang mengajak kepada mazhab yang dijalani oleh jumhur umat Islam dalam sejarahnya yang sangat panjang, yaitu mazhab yang menyempitkan pemahaman takfir. (Baca: WASPADA! Inilah Ciri Manusia yang Terjangkit Wabah Takfirisme, Radikalisme, Ekstrimisme)

Dimana takfir tidak akan dilakukan kecuali kepada orang yang jelas-jelas melakukan kekafiran, yaitu jika mengingkari rukun dari rukun-rukun iman, atau mengingkari apa-apa yang sudah pasti diketahui dalam agama (maa ‘ulima min ad-diin bi ad-dharuurah). (SFA)

Sumber: Facebook Suara Al-Azhar *Syekh Ahmad Thayyib, diambil dari tulisan beliau dalam kitab Mulakhash A’mal Muktamar al-Azhar al-‘Ali li Muwajahat at-Tatharruf wa al-Irhab. []