SantriNow | Peringatan Hari Santri Nasional 2018 yang jatuh pada hari ini, Senin (22/10/18) tak luput dari peran Jokowi sebagai Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.
Saat kampanye di tahun politik 2014, Jokowi waktu itu berjanji akan membuat yang namanya Hari Santri Nasional. Dan hal itu terwujud. Apa yang ia janjikan saat saat kampanye, benar-benar terealisasi sebagaimana sudah berjalan 3 kali sejak Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional ditandatangani.
Buah manis dari kepres yang ditetapkan sang Presiden berdampak positif bagi umumnya para kyai, kaum santri dan dan tentunya penguasa. Terbukti Jokowi merupakan satu-satunya Presiden, sesudah Gus Dur yang kerap berkunjung ke pesantren-pesantren. Jokowi sudah keliling Nusantra dalam rangka silaturrahmi ke pesantren-pesantren sejak ia ditetapkan sebagai presiden.
Maka tidak alai jika di media sosial kita sering melihat, foto presiden Jokowi bergandengan dengan para habib, para kyai sepuh, dan berselfie ria dengan ribuan santri.
Kemesraan antara para kyai, santri dan presiden semakin lama semakin menjadi-jadi. Apalagi setelah Jokowi memilih Ma’ruf Amin menjadi cawapres di pilpres 2019 mendatang. Seakan-akan kaum santri dapat anugerah yang kedua dari sang presiden setelah kepres Hari Santri Nasional (HSN).
Ma’ruf Amin merupakan seorang kyai besar yang ditengarai masih ada hubungan darah dengan Syeikh Nawawi al-Bantani yang legendaris itu. Juga yai Ma’ruf mantan Rois Aam PBNU periode 2015-2020 dan mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hari santri yang merupakan hasil buah tangan Joko Widodo sebagai presiden tentu akan bikin gusar para lawan politiknya. Karena begitu masif di media sosial berupa video, gambar, dan artikel termasuk tulisan ini yang membahas euforia hari santri, khususnya yang 2018.
Maka tidak salah bila pasangan Jokowi-Ma’ruf ke pesantren dua bulan terakhir khususnya pasca penetapan kampanye tanggal 13 April 2018 lalu, dianggap kampanye atau memang mereka menggunakan moment ini sebagai kampanye. Baca juga: Hari Santri Membawa Berkah, Tiap Santri Dapat Rp 1 juta di Aceh
Hari Santri Nasional 2018 dan Kampanye Jokowi-Ma’ruf
KPU atau Komisi Pemilihan Umum sudah menetapkan larangan para peserta pemilu berkampanye di lembaga pendidikan formal dan non formal termasuk pesantren.
Namun hal itu rupanya tidak berlaku capres-cawapres nomor urut satu. Pasalnya, Ma’ruf Amin yang merupakan orang pesantren tentu sudah banyak memiliki hubungan akrab dengan berbagai pesantren di tanah Jawa non Jawa. Sementara Jokowi merupakan sosok presiden yang meresmikan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Artinya mereka berdua sulit dipisahkan dari pesantren. Bahkan Calon Wakil Presiden nomor urut satu itu menilai, tak masalah dengan larangan peserta pemilu kampanye di pesantren. Menurut dia, kampanye memang enggak boleh di pesantren, tapi silaturahmi tak apa.
“Ya enggak apa-apa kalau bukan kampanye. Kalau silaturahmi, kan enggak apa-apa,” ucap Kiai Ma’ruf usai silaturahmi di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, Minggu (14/10/2018).
Dia berdalih dirinya tidak kampanye di pesantren melainkan hanya silaturrahmi. “Maka saya kan enggak pernah kampanye di pesantren. Tapi saya selalu silaturahmi,” tutur dia.
Memang enak jadi Kyai Ma’ruf Amin, ketika kunjungan ke Pesantren walaupun umbar janji selayaknya kampanye bilangnya hanya silaturrahmi tidak kampanye. Ini sama halnya kasus korupsi yang menimpa pejabat Bupati yang kebetulan serang kyai. Dia tidak menagatakan uang suap oleh salah seorang sebagai uang haram, melainkan uang salam templek.
Jokowi juga sama, dia yang merupakan pencetus Hari Santri Nasional, kerap kali berkunjung ke berbagai pesantren dengan dalih dalam rangka hari santri dan silaturrahmi. Walaupun isi pidatonya sering kali umbar janji layaknya kampanye. Ini sama saja dengan yang bohong. Mereka berdua ibarat pepatah, menyelam sambil minum air. Dapat untung dua kali.
Pendukung Prabowo-Sandi tentang Hari Santri Nasional 2018
Karena hari ini merupakan hari-hari kampanye, maka banyak para pendukung Prabowo-Sandiaga Uno yang kurang nyaman dengan peringatan Hari Santri Nasional 2018. Karena memang syarat dengan kampanye salah satu capres-cawapres dalam hal ini Jokowi-Ma’ruf.
Artinya bila pesantren adakan peringatan Hari Santri Nasional 2018, yang ada di benak mereka para pendukung lawan Jokowi-Ma’ruf adalah sebagai pesantren Jokower. Padahal hari santri bukan politisasi Jokowi ke pesantren supaya memilih dirinya di periode kedua.
Lihat saja, pesantren yang sebelumnya memang telah deklarasi dukung Prabowo-Sandiaga Uno. Pesantren itu bisa dipastikan akan pasif (HSN) dalam memeriahkan Hari Santri Nasional 2018. Karena secara naluri (HSN) adalah bagian dari Jokowi. (Now)