SantriNow | Wahabi takfiri adalah paham yang sering menghujat dan mengkafirkan pihak lain yang tidak sependapat dengan kelompoknya. Dan parahnya lagi adalah yang menjadi target atau sasaran tembak wahabi ini adalah NU (Nahdlatu Ulama). Sering kali mereka kaum takfiri dengan dalih dakwah menyebarkan kekacauan di negeri ini.
Nahdlatul Ulama yang sudah berdiri sebelum kemerdekaan ini dianggap sesat oleh pihak mereka karena tidak sependapat dengan wahabi. Mereka dengan terang-terangan para kiai NU sebagai ulama su’ (ulama yang salah). NU dibilang menyembah kuburan dan sebagainya.
Walaupun di Indonesia paham wahabi tidak besasr, tapi mereka itu membahayakan. Mereka sengaja menciptakan kekacauan dengan cara mengkafirkan, membid’ahkan supaya masyarakat NU yang masih awam kacau pikirannya dan mau mengikuti langkah mereka.
Mereka kaum takfiri sengaja didanai miliaran rupiah oleh asing terutama Arab Saudi supaya bisa menguasai warga Nahdliyyin di Indonesia. Karena bagi mereka NU merupakan satu-satunya Ormas Keagaamaan di Indonesia yang harus ditumpas karena beda pemahaman.
Maka tidak heran jika banyak ustadz anyaran (ustadz dadakan) yang tidak pernah ngenyam pendidikan di pesantren NU langusng gembar-gembor mengkafirkan, mensyirikkan, membid’ahkan. Karena mereka sudah kenyang dengan uang asing. Bahasanya almarhum KH. Hasyim Muzadi mantan ketua PBNU: ” sekarang ini bukan ketuhanan yang maha esa tapi uang yang maha kuasa.
Baca: Nahdlatul Ulama ke Depan Insya Allah Tambah Jaya
Mengapa NU yang menjadi sasaran Wahabi?
Pertama: Karena NU-lah (bersama Muhammadiyah) yang menjadi benteng penjaga bangsa ini sejak, bahkan sebelum, kemerdekaan Indonesia. NU hancur, hancur pulalah bangsa ini. Seperti Libya, seperti Suriah, seperti Irak. Lihatlah, sekarang kelompok takfiri ini sudah tak malu-malu lagi menyerang, membid’ah-bid’ahkan dan bahkan menyesatkan amaliah NU seperti tahlil, maulid, shalawat, ziarah, dll itu kan? Bahkan dalam tubuh NU sendiri pun gerakan anti NU (yang wasath, yang moderat dan toleran) mulai bermunculan.
Kedua: Ketika menyerang Ahmadiyah, mereka mulus-mulus saja, karena Ahmadiyah memang tak punya doktrin ‘melawan’. Tapi ketika target lanjutannya adalah Syiah, di sinilah kelompok takfiri ini kesandung dan nyonyor, karena Syiah bukanlah Ahmadiyah. Syiah mewarisi semangat juang al-Husain. Syiah memiliki Asyura dan Karbala. Syiah adalah orang yang dibesarkan dengan doktrin menjadi petarung dan pejuang, yang tak akan diam dan siap bangkit melawan.
Ketiaga: Secara kultural, Syiah dan NU di Indonesia memiliki hubungan yang sangat erat. “NU adalah Syiah minus Imamah, Syiah adalah NU plus Imamah”, kata Gus Dur. Terlalu nekat kalau langsung menyerang NU, karena itulah Syiah dijadikan batu loncatan. Karena itu bisa dimengerti bahwa NU tak akan hancur kalau Syiah tidak dihancurkan lebih dulu. Syiah-pun tak akan bisa dihancurkan, selama NU tidak dikacaukan terlebih dahulu.
Baca juga: Cikal Bakal Berdirinya Nahdlatul Ulama ala Maulana Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan
Keempat: Karena itu, kelompok takfiri ini (bisa di Sunni-Syiah-Wahhabi), tak akan pernah bisa berhasil merobohkan NU selama mereka tak berhasil menstigma Syiah sebagai sesat, kafir, dan bukan Islam. Karena dari situlah mereka mendapat pintu masuk untuk menyerang NU, yaitu dari pintu ajaran, amaliah, dan kultur Syiah yang sama dengan NU (shalawat, syafaat, maulid, haul, ziarah, tahlil, etc).
Jangan heran, fitnah pada Syiah begitu massif dan sistematis. Tak hanya dari luar Syiah, bahkan dari dalam Syiah sendiri pun disusupi antek-antek takfiri pemuja Yasir al-Londoni dan Tawhidi al-Australiani itu. []