SantriNow | Dalam pertarungan politik praktis cendrung kiai ikut serta dalam percaturan itu. Hal ini dimulai sejak awal kemerdekaan karena kontribusi kiai dalam kemerdekan memang sesuatu yang pokok. Namun penulis tidak akan meceritakan sejarah politik kiai namun lebih kepada pilgub jatim.
Di pilgub Jatim banyak para kiai juga ikut mendukung cagub Gus Ipul – Mbak Puti yang terbukti kalah dalam perhitungan cepat dari keseluhan hasil akhir. Sabab itulah kiai dimohon menerima dan tidak lagi ada saling gontok-gontokan. Karena ini politik bukan akidah.
Penulis meyampaikan ini bukan berarti ingin meggurui kiai, karena kami yakin kiai di Jatim sudah menerima atas kekalahan Gus Ipul dan Mbak Puti. Sebenarnya kiai di Jawa Timur dalam dukung-mendukung imbang. Artinya ada sebagian dari mereka yang mendukung Khofifah tapi tidak sedikit yang mendukung Gus Ipul.
Baca juga: Bila Khofifah Menang Kiai Jatim Tidak Boleh Marah
Jamgan samapai ada perpeceahan antar umat hanya gara-gara tidak mau menerima kekalahan. Sebagaimana sejarah islam terdahulu khususnya pada masa sahabat dan tabiin dimana umat islam pecah gara-gara beda pandangan dan kekuasaan. Mereka mengatas namakan agama supaya hasratnya tercapai.
Politik bukan akidah. Persoalan politik beda jauh dari akidah. Dalam politik yang kelihatan atau terlihat kepermukaan adalah kekuasaan walaupun makna dari politik bukan kekuasaan. Akidah adalah keyakinan atau ikatan yang harus terus dirawat dan siapa pun yang merong-rong akidah sudah pasti ingin menghancurkan ikatan itu sendri. Politik tidak mengikat sementara akidah keyakinan yang mengikat.