SantriNow | Saat membaca majalah yang diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ara Aita (Arta) edisi 67 tahun 2017, saya tertarik pada pembahasan tentang sejarah berdirinya Kampus Uin Sunan Ampel Surabaya.
Salah satu tokoh saksi berdirinya Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya adalah Bapak Kh Romli, dia pernah mengatakan “awal mula berdirinya kampus ketika keresahan beberapa ulama terhadap pendidikan pemuda dari kalangan pondok pesntren untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dari keresahan tersebutlah muncul ide gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi sebagai wadah pemuda dari kalangan santri untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sebelum berubah menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya, nama aslinya adalah IAIN Al-Jami’ah Jogjakarta yang terdiri dari tiga fakultas, Fakultas Syari’ah di Surabaya, Fakultad Tarbiyah di Malang dan Fakuktas Ushukuddin di Jogjakarta. Baca: Pendidikan di Luar Sekolah Sangat Menentukan
Pada tahun 1963, Romli diutus dari IAIN Al-Jami’ah Jogjakarta keSurabaya untuk memimpin administrasi di Fakultas Syariah cabang Jogjakarta diSurabaya.
Tepat dua tahun kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No.20/1965, tepat pada tanggal 05 Juli 1965, atau 12 Rabi’ul awal 1385 H berdirilah sebuah Perguruan Tinggi IAIN Sunan Ampel diatas tanah waqof dengan Rektor pertama yaitu H. Ismail Ya’qub SH,MA.
Perguruan Tinggi tersebut yang awalnya untuk kalangan santri untukbmelanjutkan jenjang pendidikan, terbukti dengan persyaratan sebagai tenaga pengejar atau dosen syarat utamanya adalah bisa membaca kitab kuning. Namun seiring berjalanya waktu, pada tahun 2013 berubah menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya sampai hari ini.
Berubahnya dari IAIN menjadi UIN ternyata berpengaruh terhadap segala bidang yang ada di kampus, termasuk berubahnya sistem pembayaran perkuliahan yang saat ini menjadi sistem Uang Kuliah Tunggal atau UKT. penetapan UKT pada mahasiswanya setiap tahun mengalami perubahan kenaikan.
Jumlah UKT yang ditetapkan oleh Pimpinan Perguruan Tinggi setiap tahun mengalami kenaikan yang tinggi. hingga kabar terkhir yang saya terima UKT tahun ini mencapai sembilan juta.
Melihat kondisi hari ini saya sangat merasa miris. Jumlah UKT yang telah ditetapkan, seakan-akan tidak lagi memihak pada kalangan santri. Tingginya jumlah UKT saat ini hanya mberikan ruang pada golongan elit Ekonomi Kelas Menengah Tinggi. Baca: Mewujudkan Mimpi Ayah, Membanggakan Hati Ibu
Lalu bagaimana dari kalangan Santri yang terbilang kelas Ekonomi menengah kebawah?. entahlah, namun sampai hari ini dari pihak kampus masih belum memberikan ruang bagi kalangan santri yang ekonominya menengah kebawah.
Dan saya rasa Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya sudah berbelok arus sejarah yang awalnya kampus Sunan Ampel untuk kalangan santri, kini diperuntukan kepada Elit Ekonomi menengah Keatas. []
Penulis: Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Rayon Fakultas Dakwah dan Komunikasi