SantriNow | Kita pasti sering melihat seseorang yang berbeda di tengah-tengah kerumunan masa, baik itu di pasar, di lokasi konser, di kampus, maupun di dalam keluarga sendiri. Perbedaan yang sangat nampak bisa dilihat dari kondisi fisik dan penampilan.
Ada yang anggota tubuhnya tidak sesempurna yang lain, warna kulit yang cerah dan ada yang sedikit gelap, ada yang berpeci, ada yang berkerdung, ada yang membiarkan rambutnya terurai, ada yang berpakaian tertutup, dan ada pula orang yang berbapakaian sedikit terbuka.
Kita juga sering kali menuntut perbedaan lebih dari kondisi fisik dan penampilan. Diantara kita juga ada yang berpandangan bahwa perbedaan itu juga bisa dinilai dari kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, seperti gaya bicara, penguasaan terhadap ilmu tertentu, keterampilan yang dimiliki pun tidak sama, perasaan sensitif terhadap suatu hal yang berbeda, dan mungkin masih banyak lagi perbedaan yang belum disebutkan.
Mungkin tidak sedikit dari kita yang menganggap bahwa penyebab utama dari pertengkaran, perkelahian adalah adanya perbedaan. Sering kali perbedaan lah yang dikambing hitamkan. Padahal perbedaan tidak pernah salah, manusia saja yang tidak bisa mengendalikan emosinya dan belum mampu berfikir jernih, seperti embun yang tak pernah membakar, ia memberikan kesibukan pada setiap tumbuhan
Jika Tuhan menciptakan manusia sama, mungkin kita akan kesusahan mengingat satu sama lainnya. Karena tidak ada perbedaan yang menandainya, bukankah realitas yang melekat dalam otak kita semuanya berbeda.
Alasan Tuhan menciptakan manusia penuh perbedaan dijelaskan dalam QS. Hujurat [49] : 13 yang artinya, “Hai manusia, sesunguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesunguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. []
Penulis: Afifi (Mahasiswa UINSA Surabaya Semester 8)