Benarkah Nabi Marah Kalau Agama Allah Dihina?

oleh -
oleh

Maka jelas konteks marahnya Rasul itu bukan karena masalah dihina, tapi karena soal kebenaran yang dilanggar atau didustakan.

Sebenarnya teks senada juga Melakukan dalam kitab Sahih Bukhari (hadits no 6288), Sahih Muslim (4294) dan Sunan Abi Dawud (4153).
Saya cantumkan teks dari Sahih Bukhari:

6288 – حدثنا يحيى بن بكير حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب عن عروة عن عائشة رضي الله عنها قالت ما خير النبي صلى الله عليه وسلم بين أمرين إلا اختار أيسرهما ما لم يأثم فإذا كان الإثم كان أبعدهما منه والله ما انتقم لنفسه في شيء يؤتى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ

“ Rasul memilih perkara yg ringan jika ada dua pilihan selama tidak mengandung dosa. Jika mengandung dosa, Rasul akan menjauhinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan pribadi, tapi jika ajaran Allah dilanggar maka dia menjadi marah karena Allah (lillah). ”

Jadi sekali lagi jelas bahwa ini konteksnya Rasulullah tidak marah karena agama Allah dihina. Tapi marah kalau kebenaran / ajaran Allah dinodai dengan cara melatih atau mendustai ajaran Islam itu sendiri. Jadi marahnya Rasul itu semata karena Allah, bukan karena masalah pribadi karena adanya politik pilpres dan pilkada di TPS (tempat pemungutan suara).

Yang banyak terjadi sekarang ini lagi. Kita marah, terus kita –mengutip Gus Mus – sok penting seakan-akan Allah juga ikutan marah. Emang siapa kita sih ?!

Terus kita marah-marah dengan kutip sana-pelintir sini, biar disangka Allah ikutan marah juga. Kok teganya Nabi yang diutus untuk menyempurnakan akhlak dan Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu dianggap sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit terhina. Gak sampai segitunya kaliiiiii.
Bersabda Rasulullah SAW:

لَمَّا قَضَى اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ اْلعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِيْ غَلَبَتْ غَضَبِيْ

Tatkala Allah menciptakan Tuhan-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 7404 dan Muslim no. 2751)
Luar biasa kan: Kasih sayang Allah itu melebihi murkaNya!

Kalau kita terbalik: marahnya kita sampai ke ubun-ubun sampai lepas kendali mengeluarkan kosa kata yang tidak pantas, dan marahnya terus berkepanjangan dari 2014 sampai 2019 -boro-boro kita mau belajar menahan amarah agar bisa menyayangi dan menebar rahmat untuk semesta. Duh, Gusti….
Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – Selandia Baru