SantriNow xxx Aksi sepihak yang dilakukan PKI (Partai Komunis Indonesia) berpuncak pada pembunuhan atas Pelda Sudjono di Bandar Betsy. Dengan menggunakan cangkul, linggis, pentungan, dan kampak sekitar 200 orang BTI membantai perwira itu. Pembantaian terhadap anggota militer itu mendapat reaksi keras dari Letjen A Yani.
Tokoh-tokoh PKI yang mendalangi kemudian diproses secara hukum. Namun hal itu makin menambah keberanian PKI dalam melakukan aksi sepihak.
PKI yang sudah merasa kuat, kemudian melakukan intervensi ke bidang politik dengan merekayasa suatu “kebulatan tekad” dari organisasise-aspirasi mereka. Tanggal 6 Januari 1965, organisasi se-aspirasi PKI seperti SB/SS Pegawai Negeri, Lekra, Gerwani, Wanita Indonesia, Pemuda Indonesia, Germindo, Pemuda Demokrat, Pemuda Rakyat, BTI dan sebagainya mengadakan pertemuan umum di Semarang guna menggalang “kebulatan tekad” untuk menuntut pembubaran Badan Pendukung Soekarno (BPS) dan mendukung sikap Indonesia keluar dari PBB (Pusjarah ABRI, 1995,IV-A:107-108).
Baca: Jejak Pengaruh Santri Indonesia di Tanah Suci Mekah Memang Luar Biasa
Keberanian PKI dalam melakukan aksi sepihak, ditunjukkan dalam aksi yang lebih berani yakni menduduki kantor kecamatan Kepung, Kediri. Camat Samadikun dan Mantri Polisi Musin, melarikan diri dan meminta perlindungan Ketua Ansor Kepung yaitu Abdul Wahid. Untuk sementara, kantor kecamatan dipindah ke rumah Abdul Wahid. Dan sehari kemudian, sekitar 1000 orang Banser melakukan serangan ke kantor kecamatan untuk merebutnya dari kekuasaan PKI. Hanya dengan bantuan Gerwani, ratusan PKI yang menguasai kantor itu bisa lolos dari sergapan Banser.
PKI juga telah mulai berani membunuh tokoh PNI. Ceritanya, di desa Senowo, Kenocong, Kediri, tokoh PNI bernama Paisun diculik PKI desa Botorejo dan Biro. Keluarganya lapor kepada Ansor. Waktu dicari, mayat Paisun ditemukan di WC dengan dubur ditusuk bambu tembus ke dada. Banser dibantu warga PNI menyerang para penculik. Tokoh-tokoh PKI dari Botorejo dan Biro dibantai. Malah dalang PKI bernama Djamadi, dibantai sekalian karena menjadi penunjuk jalan PKI. Juni 1965, Naim seorang pendekar PKI desa Pagedangan, Turen, malang menantang Banser sambil membanting Al-Qur’an. Naim dibunuh Samad. Mayatnya dibenamkan di sungai.