Kesepuluh, oleh karena itu, syarat kesehatan hidupnya manusia ada dua, yang sebaiknya kita pilih, meskipun kita bisa saja dibiarkan oleh Tuhan tetap sehat tanpa memilih keduanya. Pertama, memastikankan secara permanen dan simultan pemfokusan hati kita kepada Tuhan. Hati kita bertauhid. Pikiran kita bertauhid.
Setiap helaan nafas bertauhid. Setiap langkah bertauhid. Arah hidup kita bertauhid. Pekerjaan kita bertauhid. Senang dan susah kita bertauhid. Kaya dan miskin kita bertauhid. Yang kedua, berpikir hakiki. Berpikir sehat. Berpikir jujur. Berpikir positif. Berpikir kompatibel dengan kemauan Tuhan.
Roh dan jasad manusia adalah sebuah organisme, sebuah sistem, suatu putaran ekosistem, hardware maupun bersama dengan software-nya. Setiap ketidakjujuran rohani, ketidakjujuran hati dan pikiran, akan mengubah manajemen ekosistemik di dalam hidup kita, sehingga potensial untuk menjadi destruksi, dismanageman, kekacauan, dekonstruksi, atau kerusakan susunan-susunan. Kerjasama di dalam roh dan jiwa kita, termasuk semua unsur jasad-jasad kita, sehingga produknya adalah sakit.
Kesebelas, maka hidup yang paling potensial untuk sehat adalah menghormati dan patuh kepada hakikinya kehendak Tuhan, kemudian membuka diri pada setiap kemungkinan pada ilmu manusia yang menyangkut sehat dan sakit. Tidak ada ukuran ilmu kesehatan modern atau tradisional.
Tidak ada acuan-acuan ini dokter atau dukun atau tabib, atau mungkin orang biasa yang tidak dianggap expert (ahli) dalam kesehatan. Ukuran yang sejati, dan yang lebih dekat kepada kesehatan hanyalah kejujuran ilmu kesehatan di tangan atau di pihak siapapun, serta sadar ketergantungan kepada kehendak Allah. Dari Allah kita hindari amarahnya, dan kita upayakan dekat dengan kasih sayang-Nya.
Di akhir pemaparan, guru bangsa yang sampai sekarang masih aktif keliling bersama kelompok musik Kiai Kanjeng itu memberi pengertian, utama bagi Anda yang belum paham.
“Tidak harus dipahami sekarang. Tapi mudah-mudahan, setiap yang kita dengarkan, bisa menjadi benih yang tertanam, sehingga ia akan ditumbuhkan oleh Tuhan, bersemai, berdaun, berbatang, kemudian muncullah buah-buah kesehatan di dalam hidup kita masing-masing dan semuanya. Entah dalam waktu berapa lama, terserah Allah SWT,” tutup Cak Nun.
Tulisan ini juga dimuat di nuonline
Ditranskrip oleh Ahmad Naufa.