Tuhan menghidupkan dan Tuhan mematikan hanya terkait dengan kehendak-Nya itu sendiri. Tidak harus berhubungan dengan sakit atau tidak sakit. Hidup dengan selalu menjaga kesehatan, tidak harus diartikan supaya awet hidup dan tidak cepat mati. Yang paling murni dan masuk akal adalah: menjaga kesehatan karena kesetiaan kepada Tuhan, yang menitipkan jasad dan ruh ini kepada manusia dan kita semua.
Keenam, manusia mencari dan menemukan amat sedikit dari ilmu kesehatan yang Tuhan Maha Menguasai keseluruhannya. Manusia wajib berikhtiar merawat kesehatannya, tetapi hakikinya Allah yang mengambil keputusan tentang sehat-tidaknya manusia. Manusia wajib menjalani hidup yang sehat, tetapi Tuhan berhak menentukan orang yang merawat kesehatannya diambil nyawanya terlebih dulu dibanding dengan orang yang berlaku seenaknya terhadap kesehatan hidupnya. Itu terserah-terserah Tuhan. Dan Kita sebaiknya tidak usah membantah. Mengabdi dan ikut saja kepada Tuhan.
Untuk itu, tidak ada salahnya, tidak ada gunanya, menyalahkan Tuhan dengan keputusannya yang dari sudut kepentingan kita seolah-olah semena-mena dan diktator itu. Sebab, setiap kondisi sehat atau sakit di suatu titik di suatu area, penggalan atau petak dalam proses kehidupan, baru bisa dinilai kesejatian sehat atau tidaknya kelak, pada momentum tertentu, di alam yang rumusnya adalah komprehensi dunia-akhirat sekaligus. Kita mengenal hanya sepetak kecil dari urusan dunia. Dan kita sebenarnya tidak berada dalam posisi yang ilmiah untuk mengambil keputusaan saat ini juga mengenai kita sehat atau sakit.
Itulah sebabnya manusia tetap memerlukan iman, takwa dan tawakkal kepada Tuhan, dalam keadaan sakit maupun sehat. Semua kondisi ilmu dan pemahaman tentang kesehatan atau apapun saja, selalu dimasukkan ke dalam spektrum iman, takwa dan tawakkal. Kalau mau mudahnya, ya sehat silakan, sakit ya silakan, asal tetap berada dalam iman, takwa dan tawakkal. Ukurannya itu.
Ketujuh, manusia meneliti sakit dan sehat, kemudian berikhtiar mengobati, tetapi manusia tidak mampu berposisi untuk menyembuhkan. Manusia menanam benih, Tuhan yang menyemaikan. Manusia berjuang, Tuhan yang menentukan pencapaian atau kegagalan.
Tuhan bisa berlaku sesuai dengan rumus kesehatan manusia, misalnya menyembuhkan orang yang sakit, yang diobati oleh manusia. Tapi juga Tuhan berhak melakukan berbagai vasiari perilaku yang lain: Dia bisa tidak menyembuhkan orang yang diobati, atau menyembuhkan orang yang tidak diobati.
Tuhan bisa mengabulkan kesembuhan seseorang berdasarkan pengetahuan kedokteran dan farmasi, bisa juga tidak menyembuhkannya, atau malah menyembuhkan dengan obat dan sebab yang lain sama sekali, atau bahkan ditentang oleh kedokteran dan farmasi.